Polemik tentang Teori Kapitalisme: Analisis, Perdebatan, dan Transisi ke Sosialisme
Judul : Teori Kapitalisme Modern
Penulis : Tom Bottomore
Penerbit : Penerbit Independen
Cetakan : Pertama, Juni 2019
Tebal : vi + 119 halaman
Tidak perlu menjadi seorang Marxis untuk mengetahui—dan mengakui—bahwa dunia sekarang berada dalam jerat kapitalisme. Tantangannya adalah, bagaimana mengakhiri kapitalisme. Namun menghancurkan kapitalisme, tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengetahuan yang cukup mengenai kapitalisme itu sendiri.
Secara historis, kapitalisme telah berkembang dari masa ke masa. Kapitalisme sudah seperti sinonim dari realitas itu sendiri. Perdebatan mengenai kapitalisme juga terus hadir sebagai reaksi atas cara kerja kapitalisme. Buku Tom Bottomore, Teori Kapitalisme Modern, menganalisis polemik dari para intelektual dalam menjelaskan apa itu kapitalisme dan implikasi dari sistem ini. Buku ini menarik karena Bottomore membahas kapitalisme tidak hanya dari sudut pandang Marxis, tetapi juga perspektif neo-marxis dan liberal seperti dari Schumpeter, Weber, dan Hayek. Di akhir pembahasannya, Bottomore menganalisis transisi dari kapitalisme menuju sosialisme yang juga turut memicu polemik di antara kaum aktivis dan intelektual.
Kapitalisme dalam Pandangan Marxis
Pemikiran Marx mengenai kapitalisme berusaha mencari model untuk memahami masyarakat. Model analisis ekonomi-politik tentang masyarakat kapitalis, juga dapat diterapkan pada masyarakat lain dengan melihat mode produksinya. Tumpuan utama analisis Marx adalah teori tentang kerja, komoditas, dan perkembangan kapitalisme sebagai suatu tahapan dalam masyarakat. Dalam The German Ideology, Marx mengemukakan rumusan masyarakat yang berlandaskan pada proses produksi, “sebagai teori sistematis tentang perkembangan historis masyarakat” (hal. 3).
Dalam masyarakat kapitalis, nilai atas komoditas sangatlah penting. Komoditas memiliki dua sifat yakni nilai guna dan nilai tukar. Konsepsi ini dianggap sebagai kunci untuk memahami cara kerja kapitalisme. Tenaga kerja juga memiliki karakter ganda ini (hal. 5). Kedua hal ini yang disebut sebagai “fetisisme komoditas”. Hal ini memungkinkan adanya surplus yang menjadi tiang utama kapitalisme.
-
Teori Kapitalisme Modern – Tom BotommoreProduk dengan diskon
Rp65.000Rp52.000 -
Etika Protestan dan Spirit KapitalismeProduk dengan diskon
Rp75.000Rp63.000 -
Anarki Kapitalisme – Andre GorzProduk dengan diskon
Rp68.000Rp57.800
Masyarakat kapitalis adalah masyarakat kelas, dengan kepemilikan alat produksi, mereka dapat mengeksploitasi pekerja yang hanya punya tenaganya untuk bertahan hidup (karena tidak memiliki alat produksi). “Oleh karenanya, menurut Marx, perlu adanya analisis ilmiah dari ekonomi kapitalis untuk mengungkapkan struktur fundamental dan cara kerjanya (eksploitasi surplus nilai tenaga kerja – pen), serta kepentingan krusial dalam analisis untuk membedakan “pekerja” dan “tenaga kerja”.
Perkembangan kapitalisme juga menimbulkan permasalahan lain di dalamnya, yakni machinofacture, konsentrasi modal, krisis, dan evolusi konflik kelas (hal. 8). Machinofacture adalah kondisi dimana “alat-alat kerja mempekerjakan pekerja” (hal. 9). Kemajuan teknologi adalah kunci machinofacture, karena kapitalisme harus terus berakumulasi. Begitu juga dengan konsentrasi modal karena kapital kecil yang tidak sanggup untuk terus berakumulasi harus gugur dalam pertarungan, sehingga modal yang mereka miliki diambil alih oleh kapitalisme yang lebih besar.
Krisis, menjadi hal yang tidak akan bisa dipisahkan dalam perkembangan kapitalisme. Salah satu kesalahpahaman populer mengenai Marxisme, bahwa kehancuran kapitalisme sebagaimana yang diramalkan oleh Marx belum terjadi sampai saat ini. Kesalahpahaman ini yang sering dijadikan pembenaran untuk mendiskreditkan marxisme. Namun, mereka tidak melihat bahwa di awal abad ke-21 kapitalisme telah diguncang krisis, begitu pula di abad ke-20, krisis seolah tidak pernah lepas dari sistem ini. Artinya kapitalisme memang belum hancur berantakan, akan tetapi krisis imanen dalam dirinya terus terjadi dan menghantui.
Teori tentang krisis ekonomi kapitalisme yang paling populer adalah kondisi dimana rakyat tidak mampu lagi mengonsumsi komoditas yang ada atau disebut underconsumption. Namun Marx sendiri tidak jelas dalam merumuskan teori mengenai krisis dalam kapitalisme ini. Kemerosotan kapitalisme menjadi topik yang paling sering diperdebatkan karena berhubungan dengan transisi ke sosialisme.
Hilferding sendiri menyatakan bahwa kapitalisme telah berkembang menjadi “kapitalisme terorganisir”. Konsep di mana “suatu ekonomi yang diorganisir dan diarahkan oleh para kapitalis menjadi ekonomi yang diarahkan oleh negara demokratis” (hal. 22). Kapitalisme terorganisir lahir dari dominasi perusahaan besar karena konsentrasi modal. Kapitalisme telah berkembang bahkan menjadi bentuk yang tidak dibayangkan Marx. Terlebih lagi Marx menyatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan juga berkait dengan perkembangan kapitalisme.
Kapitalisme dalam Pandangan Weber, Schumpeter, dan Hayek
Teori Marx tentang kapitalisme menjadi pokok dari buku ini. bagian selanjutnya berisi suatu analisis mengenai teori kapitalisme dari Weber, Schumpeter, dan Hayek yang dibandingkan satu sama lain dan terutama dengan teori Marx. Weber, misalnya, sejalan dengan Marx di mana kapitalisme terbentuk oleh perampasan alat produksi dan penjualan tenaga kerja, dan pentingnya teknologi (hal. 29). Hanya saja Weber tidak memusatkan teorinya pada pertentangan kelas dan dalam konteks transformasi sejarah seperti yang dilakukan Marx. Meski begitu, Weber menganalisis mengenai kapitalisme secara berbeda dari Marx, yakni tentang motivasi dan posisi negara. Hal ini dianalisis Weber dalam karyanya yang terkenal, The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism, General Economic History, dan Economy and Society. Akan tetapi, analisis Weber tidak mampu menjelaskan kapitalisme secara utuh, karena mengesampingkan analisis kelas.
-
Jalan ke Demokrasi Rakyat bagi Indonesia: Pulihan Tulisan I (1951 -1955) – DN AiditProduk dengan diskon
Rp168.000Rp142.800 -
Antikapitalisme : Dalam Teori dan Praktik – Chris HarmanProduk dengan diskon
Rp65.000Rp58.500 -
Ensiklopedia Marxis – Ismantoro Dwi YuwonoRp40.000
-
Teori Marxis Tentang Keterasingan – Ernest Mandel George NovackProduk dengan diskon
Rp65.000Rp55.250 -
Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi, dan Negara – F. EngelsProduk dengan diskon
Rp120.000Rp108.000 -
Sosialisme Utopis dan Ilmiah – Friedrich EngelsProduk dengan diskon
Rp65.000Rp55.250 -
Bolshevisme jilid 2 Jalan Menuju Revolusi : 1906-1914 – Alan WoodsProduk dengan diskon
Rp95.000Rp80.750 -
Marxisme Abad 21 – Tony CliffProduk dengan diskon
Rp55.000Rp49.500 -
Mengapa Marx Benar – Terry EagletonProduk dengan diskon
Rp78.000Rp65.600 -
Akar akar Ideologi Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato hingga BourdieuProduk dengan diskon
Rp70.000Rp58.800 -
Sosialisme dan Hak Bangsa Menentukan Nasib Sendiri – Alan Woods & Ted GrantProduk dengan diskon
Rp63.000Rp53.000 -
Epistemologi Kiri – Listiyono SantosoProduk dengan diskon
Rp120.000Rp100.800
Schumpeter dalam analisisnya lebih dekat dengan Marx, terutama mengenai sentralisasi modal dalam perkembangan kapitalisme. Dalam teorinya, Schumpeter mengangkat masalah kaum wirausahawan dalam kapitalisme. Di satu sisi, ia bertentangan dengan Weber dalam pendapat mengenai rasionalisasi dan birokrasi. Di sisi lain, ia bersama dengan Weber menolak pertentangan kelas dan mengajukan kaum intelektual sebagai penentu dalam kapitalisme.
Khusus pembahasan mengenai Hayek, Bottomore melemparkan banyak sekali kritik yang umumnya didasarkan pada kesalahan atas premis yang digunakan Hayek dalam mengkritik sosialisme. Hayek cenderung mereduksi sosialisme dalam bentuknya yang otoriter seperti di Uni Soviet di bawah pemerintahan Stalin.
Transisi Menuju Sosialisme
Perbedaan teori antar tokoh dipengaruhi salah satunya oleh konteks waktu mereka hidup dan keberpihakan mereka. Weber menyampaikan teorinya di Jerman era Bismarck, Schumpeter di era pasca Perang Dunia II, dan Hayek berada dalam waktu yang sama dengan otoritarianisme Soviet. Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan, baik dalam kapitalisme maupun konsep mengenai sosialisme.
Kapitalisme terus melaju dan masyarakat berubah. Dalam analisis selanjutnya, Bottomore mengamati posisi kelas menengah yang terus tumbuh dalam kapitalisme. Terbentuknya kelas menengah juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terbentuknya kelas pekerja yang menyediakan jasa. Masalahnya, kelas menengah amatlah beragam, bahkan dalam kecenderungannya terhadap kapitalisme maupun sosialisme.
Begitu juga dengan kapitalisme yang tampak melunak. Perubahan ini berpengaruh pada gerakan sosialisme. Terjadi kompromi yang membuat kapitalisme memberi layanan sosial (negara kesejahteraan). Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya intervensi negara pada kapitalisme. Kondisi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa politik memiliki agensinya sendiri dalam suprastruktur dalam Marxisme struktural (yang menyatakan bahwa basis aspek dalam masyarakat, termasuk politik, adalah ekonomi). Di kondisi inilah proses transisi menuju sosialisme sekarang berada. Mengutip Schumpeter, transisi ke sosialisme berada dalam “rumah singgah”, belum selesai meski tampaknya sudah. Nyatanya kapitalisme masih berkembang dan bertahan hingga sekarang.
___________________
Karunia Haganta
Mahasiswa di Jakarta
dapat dihubungi di karunia.haganta@gmail.com atau twitter: @karuniahaganta
________________________________
Jika kawan-kawan hendak mengirimkan tulisan untuk dimuat di bukuprogresif.com, silahkan lihat syarat dan ketentuan ini.
Untuk mendapatkan email secara otomatis dari kami jika ada tulisan terbaru di bukuprogresif.com, silahkan masukan email anda di bawah ini dan klik Subscribe. Setelah itu, kami akan mengirimkan email ke anda dan silahkan buka dan konfirmasi.