CERPEN: Untuk yang Tercinta
Sebuah petang yang mendung menggantung di kaki langit. Gerimis panjang luruh membasahi tanah-tanah. Daun-daun basah kilau bercahaya tersapu matari redup-redah. Biasanya pada senja muram bergerimis seperti ini kau akan menghampiriku di samping jendela dapur yang letaknya tepat menengadah pada lautan lepas. Biasanya pada senja bergerimis seperti ini, kau suka sekali mengepulkan asap dari tungku batu, membuat teh untuk kita bertiga kemudian membicarakan kebaikan-kebaikan ayah sampai kulihat matamu berkaca-kaca. Lalu kau akan tersenyum di akhir cerita sambil memeluk pundak kedua anakmu. Atau biasanya di senja bergerimis seperti ini kau selalu siaga…
Read More