Ngaji Kapital

Teka-Teki Ayam-Telur & Duluan Mana Kapital atau Kapitalisme?

Anda pasti pernah mengetahui teka-teki legendaris tentang “duluan mana, ayam atau telur?”. Ingat, ini bukan teka-teki remeh temeh yang sekedar untuk menghabiskan waktu luang. Ini juga bukan pertanyaan yang berupaya dipecahkan sambil bercandaan karena klaim: tak ada jawaban. Itu karena kenyataan yang kita temui saat ini bahwa telur menetas menjadi ayam, sementara ayam akan bertelur, begitu seterusnya.

Sehingga, sebenarnya apa yang datang paling awal? Telur atau ayam? Atau memang benar itu hanya pertanyaan bodoh untuk membuat kita bodoh?

Tidak, sebagai seorang yang berpijak pada filsafat “materialisme dialektis”, maka dalam setiap keberadaan suatu realitas dan relasi sosial, pasti ada asal muasalnya. Begitupula dengan pertanyaan “duluan mana kapital atau kapitalisme?”. Pertanyaan “ayam atau telur” menunjukan realitas sosial, sementara “kapital atau kapitalisme” menunjukan relasi sosial.

Jawaban atas pertanyaan ini menjadi penting, karena jika salah, maka kita akan terperosok pada kesalahan yang lebih besar. Ketika mengandaikan bahwa baik “kapital atau kapitalisme” itu sudah ada sejak manusia ada (baca: mitos), maka seolah-oleh relasi sosial ini tak terbantahkan. Implikasinya, kapitalisme sebagai sistem ekonomi tidak bisa ditumbangkan karena ia dianggap selalu melekat dengan manusia.

Dengan pendekatan “materialisme historis”, maka kita akan menemukan jawaban secara ilmiah tentang asal usul kapital dan kapitalisme ini. Sebagai relasi sosial dan sistem ekonomi, keduanya tidak sim salabim hadir di hadapan kita. Akan tetapi dibentuk dengan berbagai prasyarakat tertentu hingga menjadi seperti ini.

Penelitian Ilmiah antara Ayam atau Telur

Pada teka-teki yang pertama, jawaban secara ilmiah dengan menunjukan bahwa ditemukan fosil telur dan embrio dinosaurus yang berusia sekitar 190 juta tahun lalu. Sementara fosil Archaeopteryx, sejenis dinosaurus seperti burung (memiliki ciri seperti ayam), ditemukan dengan usia sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sehingga dapat diartikan bahwa telur datang lebih awal dibanding ayam.

Jika menggunakan tolak ukur penemuan fosil mana yang paling lama ditemukan, maka jawaban di atas akan benar. Itu karena mendasarkan diri pada ihwal keberadaan materialitas bahwa fosil paling tua yang ditemukan adalah telur dibanding ayam. Akan tetapi jawaban itu bisa saja kemudian salah, karena bisa jadi, ada fosil dinosaurus menyerupai ayam (atau sejenis burung) yang lebih tua lagi yang masih terpendam di bumi atau tidak mampu terjangkau oleh manusia. Sehingga kebenaran tentang mana yang lebih dulu (dalam konteks penemuan fosil) masih bersifat sementara.

Sementara sejak terbitnya karya Charles Darwin “On the Origin of Species” pada tahun 1859, telah menghadirkan kepastian kebenaran dan juga misteri yang terus berlangsung sampai saat ini. Dengan teori evolusi, menekankan pada perubahan bertahap (dan asas-asas pewarisan genetik Gregor Mendel) pada spesies karena berbagai proses yang menjadikannya seperti itu. Termasuk proses evolusi yang menjadikan ayam dan telur menjadi mengada.

Proses penelitian ilmiah sampai saat ini terus berupaya mengisi puzzle yang masih kosong dalam pohon evolusi. Para ilmuan mulai mempertanyakan apakah Archaeopteryx berada di garis leluhur langsung ke burung (ayam) atau hanya bagian dari evolusi awal dalam cara membangun tubuh mirip burung. Yang pasti kebenaran mutlak itu ada, sehingga jawaban antara “duluan mana ayam atau telur?” menjadi tersedia karena ada asal usulnya. Akan tetapi karena harus melacak dan menelusuri ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu (sebelum manusia ada), maka menjadi suatu misteri gelap, namun masih bisa teraba (Ingat: kebenaran itu ada).

Kapital Hadir Mendahului Kapitalisme

Berbeda dengan ayam atau telur yang merupakan realitas sosial, “kapital atau kapitalisme” merupakan relasi sosial sehingga diperlukan definisinya secara konseptual untuk dapat melacak asal usulnya. Dalam karya epos dari Karl Marx yaitu “Das Capital”, Kapital (disebut juga sebagai modal) diartikan sebagai “nilai” yang dapat berwujud sebagai uang, komoditi, atau sarana produksi yang terlibat dalam ekspansi-diri atau proses sirkulasi secara dinamis.

Kata kunci dari kapital adalah nilai yang terus bergerak dengan tujuan mengakumulasi diri. Uang, komoditi dan sarana produksi tidak dapat disebut sebagai “kapital”, ketika ia diam atau tidak digerakan untuk investasi. Contoh sederhananya, 1) si kapitalis (pemilik kapital) menginvestasikan sejumlah uang, komoditi atau sarana produksi untuk menghasilkan keuntungan; 2) uang, komoditi atau sarana produksi terus mengalami perubahan bentuk, karena perubahan nilainya yang ditingkatkan oleh nilai lebih (baca: tenaga kerja).

Karl Marx sebagai peletak dasar hukum gerak masyarakat modern, menekankan pada sifat khusus dari kapital. Hal itu untuk menunjukkan bahwa kapital bukan suatu model produksi yang abadi, karena dia dilahirkan dalam perkembangan sejarah manusia, berarti sekaligus dimungkinkan untuk membuatnya tiada atau mati.

Kapital dalam bentuk sederhana sudah ada pada pra-kapitalisme yaitu di era formasi sosial feodalisme. Pada abad ke 16 proses perdagangan telah terjadi di Eropa barat yang oleh E.M Wood (2002) disebut sebagai era komersial tapi tidak menghadirkan kapitalisme. Pada masa itu telah terjadi proses jual beli untuk tujuan keuntungan dan ekstraksi nilai lebih dari pekerja. Sehingga saya menyebutnya “kapital yang terisolasi”, karena sifat dan watak kapital tidak bisa mengembangkan kekuatan produktif dan berjalan secara luas. Kapital hanya berjalan secara sederhana dan tidak mampu untuk terus akumulatif dan ekspansif.

Setelah mengetahui apa itu kapital, kini berlanjut untuk menguraikan tentang apa itu kapitalisme dan bagaimana sifat kapital dalam kapitalisme. Pandangan mainstream, mengartikulasikan kapitalisme sebagai sistem yang berbasis pada “mengejar keuntungan” atau yang berbasis pada pasar bebas (free trade). Pandangan tersebut tidak tepat, karena tidak mampu membedakannya dengan sistem pendahulunya yaitu feodalisme. Dalam feodalisme para raja dan bangsawan juga mengejar keuntungan sebesar-besarnya, selain itu mekanisme pasar juga digunakan dalam proses pertukaran komoditas dalam formula umum kapital.

Dalam pendekatan materialisme historis kelahiran kapitalisme tak dapat terlepaskan dari lapuknya feodalisme yang tak mampu menopang gerak masyarakat modern di mana kapital secara sederhana telah muncul. Kenyataan tersebut yang mendasari terbentuknya kapitalisme. Secara alami, proses itu dapat terjadi melalui revolusi borjuis. Kapital yang dimiliki oleh para Borjuis (Kapitalis) yang memiliki watak untuk mengekspansi diri menjadi lebih besar terhalang dalam kerangka negara monarki-feodal. Sehingga untuk membebaskan sirkulasi kapital, maka harus merombak pula kerangka negara menjadi liberal. Itu landasan revolusi Borjuasi, seperti yang terjadi di Perancis (tahun 1789-1799) atau juga di Inggris (dengan sifat khusus, kompromis). Namun tidak semua tempat seperti itu (Ulasan lebih lengkap tentang Asal Usul Kapitalisme akan saya tuliskan di kolom “Ngaji Kapital” berikutnya).

Maka melihat kapitalisme tak bisa dilepaskan dari asal-usul terbentuknya kapitalisme ini sendiri, yang dimulai dari tiga proses (Mandel, 2006) yaitu: 1) proses pemisan produsen dari alat produksi mereka, 2) konsentrasi alat produksi dalam bentuk monopoli yang berada disatu kelas sosial yaitu Borjuasi, 3) kemunculan kelas sosial baru yang tidak memiliki apapun ditangannya serta tidak memiliki cara apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain menjual tenaga kerjanya (Proletariat), tetapi pada waktu yang sama bebas untuk menjual tenaganya tersebut, begitu pula bagi para kapitalis pemilik alat produksi.

Itu yang membedakan modus produksi kapitalisme dengan formasi sosial perbudakan dan feodalisme. Dalam kapitalisme tenaga kerja tidak bersifat terikat sebagaimana budak dalam formasi sosial perbudakan yang seluruh hidupnya sangat tergantung dengan pemilik budak serta tidak bersifat terkekang atau terisolasi sebagaimana dalam formasi sosial feodalisme.

Kapital yang telah mampu membebaskan dirinya dari belenggu relasi sosial lama, kemudian membentuk relasi sosial baru yaitu kapitalisme yang mulai hadir pada abad ke-18 di Pedesaan Inggris. Praktek produksi dalam masyarakat menjadi tunduk pada tekanan produksi yang kompetitif dan maksimalisasi keuntungan, dorongan untuk menginvestasikan kembali surplus, dan kebutuhan yang tiada henti untuk meningkatkan produktivitas kerja yang terkait dengan kapitalisme (Wood, 2002). Dalam kapitalisme disiplin pasar menjadi bersifat universal dan muncul untuk membatasi pilihan-pilihan rasional dalam setiap masyarakat.

Secara garis besar sistem kapitalisme ini dapat diartikan sebagai sistem produksi yang berbasiskan produksi komoditi dan sistem kerja upahan dengan tujuan menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Keberadaan kerja-upahan (wage-labour) merupakan bagian utama dari kapitalisme yang dalam sejarahnya membedakannya dengan modus produksi yang lain.

Sehingga, secara ilmiah kapital hadir lebih dahulu sebelum kapitalisme. Logika kapital menjadi pondasi dasar bagi terbentuknya sistem kapitalisme ini.

Itu tadi upaya untuk menjawab teka-teki legendaris yang turut mencoba dipecahkan oleh Filsuf Yunani Kuno sepert Aristoteles dan juga Thomas Aquinas hingga Denis Diderot tentang “mana yang lebih dulu, ayam atau telur?”. Setelah itu saya menunjukan tentang pengertian serta kemunculan kapital dan kapitalisme.

Seperti teka-teki ayam dan telur, kapital dan kapitalisme juga memiliki awal dalam sejarah perkembangan masyarakat. Dikarenakan memiliki awal, maka dia pasti memiliki akhir. Jika sistem kapitalisme yang berlangsung sekarang memiliki sifat distruptif dan predatoris, maka menjadi mungkin sistem itu ditumbangkan diganti sistem yang baru, yaitu sosialisme.

_____________________________________________________

Dalam kolom “Ngaji Kapital” ini diasuh oleh Arif Novianto
Akan terbit secara reguler dua Minggu sekali setiap hari Jum’at.
Kolom “Ngaji Kapital” hadir untuk membedah pemikiran Karl Marx dalam bukunya “Das Kapital”.