Menulis Sebagai Laku Pengharapan
Dalam setiap wawancara selama beberapa tahun belakangan ini kudapati adanya dua pertanyaan yang memaksaku merumuskan diri baik sebagai penulis maupun manusia: mengapa aku menulis? Dan, untuk siapa aku menulis? Malam ini akan kucoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pada 1981, di Caracas, kupasang selembar kertas di mesin tik dan menulis kalimat pertama La casa de los espíritus (Rumah Arwah): “Barrabás tiba di keluarga kami lewat laut.” Pada waktu itu aku tak tahu mengapa aku melakukannya, atau untuk siapa. Malah aku mengira takkan ada orang yang bakal membacanya selain ibuku, yang membaca apa…
Read More