Deskripsi
Sejarah kelabu seputar peristiwa G30S, tidak hanya sejarahnya saja yang kelabu, namun masih banyak sisi kelabu yang belum diangkat untuk menjadi referensi masyarakat umum. Melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung, serta investigasi terhadap para korban atau sanak-saudara korban kekerasan, GM Sudarta, sang karikaturis ulung ini berusaha ‘merekontruksi’ peristiwa berdarah tersebut dalam bentuk kumpulan cerpen yang berjudul Bunga Tabur Terakhir.
Seorang GM Sudarta piawai meracik kata-kata. Dengan penuh penghayatan, ia membawa pembaca serasa melihat nyata peristiwa itu di depan matanya. Seperti dikisahkan dalam cerpen berjudul Sum. Bagaimana seorang gadis bernama Sum, si Kembang Desa menjadi korban si Lurah bertubuh tambun dan berperut buncit. Dengan segenap kelicikannya, si Lurah membuat daftar bahwa ayah Sum tersangkut G30S. Tak ada pilihan lain bagi Sum, mau tak mau ia harus menuruti kemauan si Lurah. Sum sekadar menjadi korban kebejadan manusia, bukan lantaran dirinya komunis.
Kemudian lewat cerpen berjudul Yomodipati, Dewa Penyabut Nyawa, GM Sudarta berhasil merekontruksi aksi dan cara penyidukan. Warga diciduk bukan karena dia itu selalu anggota partai terlarang, namun terkadang lebih karena perasaan iri, ingin mendapatkan harta-bendanya, mengawini istrinya, menebarkan hawa nafsunya, atau sebab lain yang tak ada sangkut pautnya dengan ajaran komunis. Para eksekutor itu menggenggam buku yang berisi daftar nama-nama yang harus diciduk, tak diketahui siapa yang membuat dan dari mana daftar itu berasal.
Ulasan
Belum ada ulasan.