Deskripsi
Buku ini menelaah perkembangan nasionalisme Indonesia dari sudut pandang sebuah minoritas: tokoh Kristen perkotaan. Mereka merasa diri ditempatkan di antara dua janji: janji kemerdekaan Indonesia, dan janji kolonial Belanda (yang mereka anggap sama-sama Kristen) tentang modernitas. Ketegangan ini membuat pengalaman mereka pada masa akhir penjajahan diwarnai dilema dan ambiguitas.
Cerita ditelusuri melalui riwayat politik lima orang Kristen Indonesia yang hingga kini jarang disoroti. Yang Katolik: Albertus Soegijapranata dan Ignatius Joseph Kasimo; yang Protestan: Todoeng Soetan Goenoeng Moelia, G.S.S.J. Ratu Langie, dan Amir Syarifuddin.
Selain memprotes kolonialisme, mereka merisaukan transisi menuju bentuk komunitas politik yang lebih modern. Status mereka sebagai minoritas agama, dan sebagai kelas menengah perkotaan yang merupakan ‘pendatang’ dari komunitas tradisional, membuat mereka lebih sadar bahwa mencapai konsensus moral adalah hal yang sulit.