Deskripsi
Setidak-tidaknya ada dua ‘semangat zaman’ (Zeitgeist) yang membangun cultural studiessebagai sebuah kecenderungan pemikiran, yaitu modernisme dan posmodernisme. Pada fase modern, cultural studies akrab dengan dengan isu-isu budaya populer, budaya massa, industrialisasi, media massa, komodifikasi, struktur budaya, kode budaya, ideologi, subjek, hegemoni, struktur kelas, demokrasi dan sebagainya. Silsilahnya berasal dari para pemikir ‘kulturalis’ (Arnold, Richard, Leavis, Hoggart, William, Thompson), pemikir ‘sosiologis’ (Weber, Berger & Luckman, Schutz), pendukung ‘Marxis Barat’ (Althusser, Adorno, Benjamin, Gramsci), dan dikukuhkan pemikir ‘strukturalis’ (de Saussure, Barthes, Lévi-Strauss).
Sementara pada fase posmodern, cultural studies menggeser arah kemudinya pada isu-isu yang menjadi materi subjek (subject matter) gerakan posmodernisme itu sendiri, yakni isu-isu genesis, perubahan, produktivitas tanda, permainan bebas tanda, permainan bebas interpretasi, relativitas pengetahuan, mesin hasrat (desiring machine), ketaksadaran (unconsciousness), ekonomi libido, heterogenitas, skizofrenia, nomadisme, simulasi, hiperrealitas, relasi pengetahuan dan kekuasaan (genealogi), teori wacana (discourse), pengetahuan lokal, dan etnisitas. Silsilahnya terkoneksi langsung kepada para pemikir ‘posstrukturalis’ (Derrida, Barthes, Kristeva) dan ‘posmodernis’ (Foucault, Deleuze, Guattari, Lyotard, Baudrillard).
Buku ini mencoba mendedah isu-isu cultural studies pada babakannya yang paling kontemporer (fase posmodern) dengan tetap menyajikan secara deskriptis silsilah fase modern yang, dengannya, kebudayaan kontemporer menautkan jangkar historisnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.