Deskripsi
Menyandang nama Indonesia bukanlah perkara mudah. Hal ini dialami oleh anak Mala dan Nora. Banyak teror, baik fisik maupun mental yang harus dihadapinya ketika membawa nama ini ke hadapan publik.
Mereka adalah sosok yang kuat dan unik. Jiwa nasionalisnya sudah terpupuk sejak bayi. Ia hanya bisa dininabobokan dengan lagu “Indonesia Raya”. Namun, sanggupkah ia menghadapi dosa warisan dari orang tuanya ketika politik telah menjelma kubu-kubu yang siap memangsanya? Mampukah ia menunaikan cita-cita mulia yang terkandung di namanya?
Lewat tetralogi ini beserta percakapan di dalamnya yang sekelas dengan dialog di drama-dramanya, Putu Wijaya kembali meneguhkan dirinya sebagai penulis papan atas Indonesia. Buku ini tak hanya menjadi capaian tersendiri bagi Putu Wijaya, tetapi juga menjadi karya penting dalam sastra Indonesia.
Rachmat Djoko Pradopo mengatakan bahwa Putu Wijaya berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar. Efek yang dirasa pembaca atau penonton dalam karya-karya Putu Wijaya adalah keterkejutan atau teror terhadap diri manusia sendiri. Ada yang kadang-kadang tidak dapat diduga dalam diri manusia, walaupun sebenarnya teror itu ada dalam diri manusia itu, dalam alam bawah sadarnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.