Deskripsi
Sukarno berada di tengah konflik antara John F. Kennedy dan Allen Dulles (Direktur Intelijen Pusat—DCI). Dulles bermaksud melengserkan Sukarno dari kekuasaan, melalui strategi ‘pergantian rezim’. Hal itu diawalinya lewat PRRI/Permesta, langkah pertama untuk membangun sentralisasi komando militer. Ketika Papua dialihkan dari Belanda ke Indonesia melalui Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962, Dulles telah mempertimbangkan langkah ketiga—Konfrontasi Malaysia—guna memuluskan akses bebas hambatan atas “El Dorado”, deposit emas terbesar di dunia yang ada di Papua. Freeport lah yang kemudian memiliki akses bebas hambatan dalam konsesi pertambangan.
Sebagai “personel intelijen terhebat sepanjang masa”, sepak terjang Dulles dilihat Poulgrain terkait dengan berbagai peristiwa penting di Indonesia. Serangkaian peristiwa dicurigai kait-mengait satu sama lain, mulai dari upaya pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di Cikini; kematian Komodor Yos Sudarso dan pasukannya pada tanggal 15 Januari 1962; penyerahan Papua dari tangan Belanda ke Indonesia; Konfrontasi Malaysia hingga eksploitasi “gunung emas” di Papua –temuan tiga orang Belanda pada tahun 1936 yang dengan sengaja disembunyikan dan tidak dibarengi dengan laporan publikasi internasional. Joseph Luns, mantan Menteri Luar Negeri Belanda yang kemudian menjabat sebagai Sekretaris Jenderal NATO, mengungkapkan bahwa ia telah meminta Amerika untuk bergabung dalam eksploitasi deposit emas terbesar di dunia itu, namun ditolak. Belanda justru ‘didepak’ dari Papua.
Ulasan
Belum ada ulasan.