Deskripsi
Anthony Reid dalam Indonesian National Revolution (1945-1950) memberikan konklusi bahwa blok Soekarno-Kiri (PKI) bahwa dalam rentang sepuluh tahun tersebut, bagaimana blok ini berperan luas dalam pembentukan bangsa dan semangat revolusi. Di bagian akhir telaahnya, Reid menyebutkan istilah “retorika Soekarno” yang membangkitkan “visi romantik” tentang persatuan, perjuangan dan pengorbanan, semangat revolusi yang tumbuh dalam berbagai “bentuk-bentuk yang menggairahkan” sampai terjadinya, paling tidak, krisis 1965-1966.
Bahkan ada suatu pertanyaan yang sekaligus adalah pernyataan umum di dalam kajian Indonesia: Indonesia macam apakah yang akan muncul bila “aliansi Soekarno-PKI” memenangkan kekuasaan, bila semangat revolusi mampu mendorong terus politik dan budaya, serta bila “ekonomi terpimpin” telah benar-benar mendapatkan kesempatan (sejarah)? Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang pasti, tapi di sini hal tersebut ditegaskan untuk menunjukkan adanya konstruksi-subjektif para pengkaji Indonesia, terutama soal pembentukan Indonesia, yang terlalu membesar-besarkan keberadaan blok Soekarno-PKI sambil mengabaikan peran dari beragam kelompok lainnya yang terlibat aktif dalam proses dekolonisasi dan pembentukan Indonesia.
Telaah Yana dalam buku ini tentang adanya koalisi lain, yakni peran koalisi Nahdliyin-Marhaen dalam sejarah dekolonisasi, terutama ikhtiarnya mengungkap aka-akar intelektual dari koalisi kaum Nahdliyin dan Marhaen mendapatkan tempat tersendiri. Walaupun telaahnya ini bukan tanpa persoalan. Bagaimanapun pergerakan nasional Indonesia berlangsung dalam dinamika yang jauh lebih kompleks, relasi berbagai kelompok yang terlibat aktif dalam proses pembentukan bangsa Indonesia dan politik dekolonisasi jauh lebih beragam dari sekadar blok Soekarno-PKI yang disebutkan dalam kajian Indonesia mainstream maupun blok Nahdliyin-Marhaen dalam telaah Yana ini.
Ulasan
Belum ada ulasan.